Sarolangun, Indopublik-news.com,
Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Muhammadiyah (SMK) Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi berharap kepada pemerintah adanya penyetaraan antara Sekolah Swasta dan Negeri.
Kepala SMKS Muhammadiyah Singkut Agus Muslim Habibullah di dampingi Wakilnya Dwi Priyanto,SE,ME. saat bincang-bincang bersama media ini di Kantornya baru-baru ini.
Kepada media ini ia menuturkan, SMKS Muhammadiyah ini berdiri pada tahun 2008, pendirinya adalah Alim, Dikin dan Agus selaku Kepala sekolah secara pelaksanaan. Sedangkan pendiri perserikatannya (Pimpinan Daerah) adalah H. Suhaimi sekaligus Inisiatornya.
Adapun tenaga pengajar 44 orang dan murid 547 orang. Sekolah ini memiliki 7 jurusan diantaranya adalah; Jurusan Akuntansi, pemasaraan dalam kelompok bisnis Manajemen, kemudian tehnik komputer jaringan, Multi media di bidang informasi dan otomotif TKRO (Tehnik kendaraan ringan otomotif) mobil, TBSM sepeda motor, dan satu lagi farmasi kesehatan.
Dirinya mengakui bahwa sekolah ini bukanlah semata-mata di khususkan bagi umat Islam yang menganut faham Muhammadiyah tetapi terbuka untuk umum.
“Sekolah ini bukan khusus Muhammadiyah ini sendiri, tetapi untuk umum. Bahkan dari Nasranipun juga ada 2 orang, Kami bukan mendoktrin peserta Muhammadiyah nggak yang Banser aja ada.” Katanya.
“Guru pun demikian bukan melulu harus Muhammadiyah, nggak. Cuma memang di sekolah Muhammadiyah itu ada pelajaran unggulan namanya Ismubaris Al Islam ke Muhammadiyaan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Itu muatan yang gak ada di sekolah lain.” Tambahnya
Disamping itu ia mengatakan sekolah Muhammadiyah ini hampir colep dimasa pandemi karena tenaga pendidik yang penghasilnya dari mengajar.
“Sekolah kita ini hampir saja colep di karenakan pandemi Covid-19. Dimana para tenaga guru honorer yang penghasilannya dari mengajar di sekolah ini dan Alhamdulillah teratasi dengan baik.” Sebutnya.
Lanjutnya, “Tapi Kami yang jelas sebagai pelaksana di pendidikan berusaha sebisa mungkin untuk menyesuaikan dengan tuntutan amanat dari pemerintah. Mulai dari kompetensi guru, standar prosesnya, standar pembiayaannya semuanya di sesuaikan dan saya rasa itu menjadi persaingan bebas di antara sekolah-sekolah yang ada.” Ucapnya.
Ia (Agus) berharap kepada pemerintah adanya penyetaraan sesama sekolah, baik itu negeri maupun swasta.
“Saya kedepan sekolah Muhammadiyah ini menjadi sekolah unggulan seperti sekolah swasta yang lain. Dan saya berharap kepada pemerintah penyetaraan antara swasta dan negeri beda sekali pak.” Katanya.
“Sekalipun di mata Undang Undang sama tapi faktanya beda dalam hal-hal tertentu sama, dalam hal-hal lain beda. Kayak Pembinaan SDM kan beda. Kemudian dalam pembiayaan juga beda. Itu barangkali Yang jadi harapan swasta.” Ujar Agus mengakhiri. 11/21. (bas)