
Sarolangun Jambi, Indopublik-news.com
Berbicara sebagai seorang guru, lebih lagi jika ia adalah seorang penulis bukanlah hal yang mudah. Menulis adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari seorang guru. Menulis dalam arti luas, baik dalam bentuk artikel, opini, karya sastra atau karya ilmiah akan menambah poin tersendiri bagi guru.
Tapi pada kenyataanya masih sangat sedikit guru yang melakukannya. Di antara segelintir orang guru tersebut adalah Susilawati SH salah seorang guru penggerak di SMP 1 Kabupaten Sarolangun Jambi.
Dia adalah sosok ‘guru penulis’ yang cukup produktif dan kritis melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Perubahan nilai budaya yang terjadi di masyarakat acap kali menjadi tema dalam tulisan-tulisannya. Tak terkecuali masalah-masalah pendidikan turut menjadi sorotan, baik dalam skala lokal maupun nasional.

Kegemarannya menulis dan membaca sejak ia duduk di bangku SMP seperti halnya menulis cerpen, puisi dan lainnya. Namun berbagi judul buku karya tulisnya saat ini masih terpendam, ia berharap karya tulisnya dapat tersalurkan di masyarakat maupun di sekolah- sekolah karena bersentuhan dengan sejarah pahlawan di Kabupaten Sarolangun.
Salah satu buku karya tulisnya yang berjudul “Bedil Pak Linggam” mengisahkan sejarah pahlawan di Kabupaten Sarolangun. Selain itu ada juga buku yang berjudul Telua Boy, Imbau Ake Bejumba yang berkaitan dengan budaya, Cerita Ramadanku dan Asal Mula Nyamuk Berdenging (dongeng anak).
Susilawati layak di Apresiasi, meskipun buku karya tulisnya terpendam tak membuat dirinya patah arang. Bahkan ia juga mendirikan rumah buku (Pustaka) yang telah memiliki Izin resmi. Selain itu ia juga mendapatkan piagam penghargaan terbaik tingkat nasional (Wanita Penulis Indonesia) dari Kabupaten Sarolangun.
“Ya Alhamdulillah, saya saat ini mendirikan buku Pustaka dirumah sendiri ya, namun saya ingin buku karya tulisan saya ini tidak sebatas di saya atau orang yang memiliki HP, akan tetapi dapat dimiliki oleh masyarakat secara umum baik masyarakat Kabupaten Sarolangun maupun luar Kabupaten Sarolangun. Dan lebih utamanya adalah anak-anak sekolah sebagai referensi bagi anak-anak supaya tau budaya Sarolangun”. Ucapnya.
“Seperti buku Bedil Pak Linggam ini adalah adalah bentuk peninggalan sejarah pahlawan di Kabupaten Sarolangun, buku-buku ini bermuatan mulok, kami merasa bisa untuk anak-anak sekolah mengingatkan kembali tentang sejarah pahlawan yang ada di daerahnya”. Tuturnya saat di wawancarai media ini dan media GHI di kediamannya. Senin, 24/2/2025.
Dengan hadirnya Buku-buku yang bermuatan MULOK berbahasa daerah ini, tentunya Pemerintah Kabupaten Sarolangun melalui Dinas Pendidikan sudah selayaknya mengapresiasi dan tidak tinggal diam karena menyangkut budaya peninggalan sejarah Kabupaten Sarolangun.
Dia juga mengatakan siap untuk ditantang dengan karya ilmiah terkait perkembangan dan budaya Sarolangun. Susilawati emang ” Is the best”. (bas).