Sarolangun, Indopublik-News.Com
Salah seorang oknum PNS yang bertugas di salah satu sekolah sebut saja sebagai tenaga pengajar alis Guru inisial A merasa resah di tagih pihak Bank Dumi terkait pinjaman yang sudah nunggak (kredit macet).
Kepada Indopublik-News.Com ia menjelaskan kekesalannya terhadap pihak Bank Dumi disebabkan pihak Bank Dumi mendatangi sekolah di depan orang banyak, sementara dirinya mau mengajar, menurut dia terkesan mengganggu.
Diakuinya bahwa itu memang merupakan tanggungjawab dia selaku Debitur. Akan tetapi tidak tepat karena pihak Bank datangi sekolah tempat dia mengajar.
“Kami resah, rasanya tidak tepat karena di sekolah. Malu rasanya didepan orang banyak. Itu memang tanggung jawab kami. Kan ada perjanjian setelah gaji TPP keluar tapi kan belum. Lalu kami disuruh pula menandatangani surat perjanjian. Kami gak mau lah Surat itu entah darimana. Memang ada logo Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sarolangun. Tetapi bendahara yang bernama Marleli itu kami gak Kenal”. Katanya.
“Lagian ada urusan apa dengan Dinas Pendidikan. Ini kan soal utang piutang antara kami dengan pihak Bank Dumi”. Ujar dia kepada media ini Via ponsel milik pribadinya. Rabu, 5/6/2024.
Dihari yang sama, saat dikonfirmasi kepada salah seorang Karyawan pihak Bank Dumi (Anton) mengakui kalau pihaknya memang mendatangi sekolah tempat yang bersangkutan mengar.
Menurut Anton kalau itu ada sangkutannya dengan uang pinjaman dengan pihak Bank Dumi yang sudah nunggak (macet-red) selama 5 bulan jadi wajar kalau pihaknya menagih.
“Ya benar, ada karyawan kita mendatangi sekolah tempat yang bersangkutan mengajar. Tetapi ini masalah tunggakan yang belum dibayar selama 5 bulan. Jadi wajar lah bang, kami ini menagih karena itu adalah kewajiban atau tanggungjawab mereka (dia) selaku Debitur”. Ujar Anton”. (bas).