Sarolangun, Indopublik-News.Com,
Tanpa sebab, dua orang tenaga pendidik (Honorer) diduga diberhentikan oleh inisial E selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 119/Vll Bukit Tigo Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun dan satu orang lagi mengundurkan diri.
Hal itu diakui mereka bertiga yakni: Robi Annur Jenata, Sina dan Riska di salah satu warung di Jalan Lintas Sumatera. Sabtu, 11/2/2023. Kepada media ini menceritakan bahwa Robi adalah salah satu tenaga pendidik di SDN 119/VII Bukit Tigo ini rela mengundurkan diri karena merasa tidak sejalan dengan Kepala Sekolah tersebut.
“Poin intinya tidak sejalan dengan Visi dan tujuan Kepala Sekolah, alasannya tidak sesuai dengan kedisiplinan guru, kedisplinan siswa dan kedisiplinan Kepala Sekolah yang membuat tidak sesuai lagi dengan apa yang dilakukan, terus juga dari Kepala Sekolah sendiri pun, ya mohon maaf, tidak maksud untuk menggurui, kalau semua dibahas tentang uang, uang dan uang emang gak sejalan lagi.” Kata Robi.
“Saya mengabdi sekitar 9 bulan dan keluar pada bulan Oktober 2022. Saya berpesan yang namanya siswa tolong di didik, dibina bukan malah di binasakan, bukan diajarkan sesuatu hal yang buruk karena siswa tersebut akan mencontoh dan melihat bagaimana guru-gurunya, kalau misalnya gurunya baik pasti siswanya baik. Tapi kalau gurunya buruk tetap siswanya akan buruk.” Sambungnya.
Disamping itu, dia juga prihatin selaku Eks atau mantan guru di SDN 119/VII ini, karena ada kebebasan main hingga diluar kompleks sekolah, anak-anak juga sering temu dan mengatakan, “Sekarang bebas pak mau begini, begitu pak, yang belajar bisa pergi keluar bisa beli jajan disini, disitu segala macam.” Rido menirukan ucapan anak-anak.
“Saya sebenarnya prihatin sih, selaku Eks atau mantan pendidik di Sekolah itu. Sebab sejauh ini yang di didik yang di ajar yang dipedomankan kepada siswa untuk lebih baik lagi, Sekarang malah kog turun lagi kwalitasnya, seperti itu. Ujar Rido lulusan WIN Padang ini.
Diakuinya bahwa dirinya trauma sehingga tidak mau lagi mengajar walaupun di sekolah lain, karena di usianya yang masih muda merasa tidak di butuhkan. ” Saya trauma, tidak mau lagi mengajar karena masih muda seakan-akan tidak di butuhkan, entahlah kedepannya.” Pungkasnya.
Sementara SIna adalah sosok guru olahraga yang cukup berpotensi, dimana dirinya selama kurang lebih 2 Tahun mengajar di sekolah SDN 119/Vll Bukit Tigo ini telah meraih prestasi yang membanggakan untuk Sekolah ini, dimana tiga piala yang sabet selama satu tahun di tingkat Kecamatan. Ia mengajar sebagai guru olahraga untuk kelas l sampai kelas 3. Namun sayang, diduga dirinya diberhentikan tanpa sebab.
“Saya dan teman saya Riska dikeluarkan oleh Kepala Sekolah inisial E dari SDN 119/Vll Bukit Tigo pada Januari 2023. Namun kami tidak mengetahui apa yang menjadi penyebabnya.”
Ia menceritakan bahwa dirinya di chat oleh temannya Riska yang juga mengajar di sekolah tersebut. Sementara menurut keterangannya (Riska) bahwa dirinya mencoba menanyakan hal itu kepada Kepala Sekolah melalui via WhatsApp milik pribadinya. Namun tidak ada balasan. Sehingga Sina menghubungi Kepala Sekolah tersebut melalui ponselnya. Dalam percakapan singkat, “cari aja sekolah lain,” Kata Kepsek.
“Saya di beritahu sama Riska teman saya mengajar atas pemberhentian kami yang tidak tau alasannya apa, katanya disuruh istirahat. Istirahat bagaimana, Tadinya Riska Chat Kepala Sekolah tapi tidak dibalas sehingga saya disuruh untuk menghubungi Kepala Sekolah. Setelah saya telepon dia (Kepala Sekolah) inisial E hanya menjawab, ” tidak nyaman, silahkan cari aja Sekolah lain itu yang saya dengar dari beliau.” Tutur Sina Mulia Cahyana.
“Tapi setelah saya dengar dari orang-orang luar, katanya saya karena mempertanyakan hak-hak saya yaitu gaji. Dari mempertanyakan itu mungkin beliau tidak nyaman.” Timpalnya.
Dia juga mengatakan mengajar Penjas, saya pegang kelas rendah kelas 1 dan 3. Saya mengajar kurang lebih 2 Tahun. Dan besik saya memang Olahraga memegang Futsal juara l, Tenis meja juara ll, sepak bola mini juara lll itu saya yang memegang. Itu di tingkat Kecamatan.” Ujarnya.
Ditanya apa masih ada keinginan untuk mengajar?. Dia mengatakan meskipun guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, namun ia masih ingin mengajar karena masih usia muda dan ingin mengabdikan diri untuk Negeri ini. Lebih lagi di Pendidikan.
Menurut dia pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa sehingga berakhlak mulia yang akan melahirkan anak-anak muda yang berkualitas untuk masa depan Bangsa dan Negara.
“Bagi kami selaku pendidik adalah ingin mendidik anak untuk melahirkan anak-anak yang berkualitas sebagai generasi muda untuk masa depan Bangsa dan Negara meskipun Guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda kami tetap senang dan semangat untuk mendidik. Tapi hari ini, kami harus di berhentikan tanpa ada peringatan dan tanpa sebab.” Ujar Sina yang masih duduk di bangku Kuliah.
“Saya berharap kepada Dians Pendidikan agar hal ini menjadi perhatian yang serius yang nantinya tidak ada lagi orang-orang sejawatan kami di perlakukan oleh Kepala Sekolah seperti ini, yang tentunya tetap bersikap profesional untuk menjalankan hak dan tanggung jawabnya, jangan bercermin pada air yang keruh. Dan saya sangat prihatin atas hal ini kalau kita bicara soal kemanusiaan karena saya masuk kemaren baik-baik menggunakan surat menyurat. Siapa pun akan mempertanyakan apa kesalahan saya, tiba-tiba di berhentikan, setidaknya diberi surat panggilan sehingga saya bisa mengoreksi diri saya.” Tandasnya.
Senada dengan Riska Apriyanti yang juga diberhentikan tanpa tau alasan yang jelas, dia adalah guru wali kelas 3 yang telah mengabdi selama satu tahun. Diakuinya dia sedang liburan di Danau sehari sebelum mau masuk kerja tiba-tiba ada chat dari Kepala Sekolah disuruh berhenti.
“Sina dan Riska gak usah sekolah lagi, kenapa Bu, saya tanya, gak dijawab sama dia. Jadi saya screenshot saya kirim chat itu sama Sina. Suruh Sina telpon chat kakak gak dibalas. Jadi di telepon Sina, itu jawabnya karena tidak nyaman tadi.” Kata Riska membenarkan.
” Menurut saya gak jelas aja sih, harusnya kasih peringatan dulu, dipanggil jadi tau apa kesalahan kami sebenarnya. Kalau posisi sekarang gak tau kesalahan kami dimana dan ini sudah kita laporkan ke Dinas Pendidikan dan sudah dipanggil kata mereka (Dinas Pendidikan-red) mestinya pemberhentian itu melalui SP (surat peringatan). Sementara ini gak ada sama sekali. Jadi kita sangat prihatin.” Ujar Riska lulusan PGSD ini.
Pihak Sekolah (Kepala Sekolah) belum dapat di hubungi media ini, hingga berita di terbitkan. (bas).